Bidan, Penulis, Narablog Kontak kerjasama: karuniasylvianysambas@gmail.com

Mariana Yunita Hendriyani Opat, Edukasi Isu Tabu Tak Lagi Abu-Abu

Hari itu Tata dan beberapa orang rekan komunitasnya sedang menyusuri jalanan. Entah apa mulanya sehingga hatinya seolah tergerak memperhatikan seorang remaja yang sedang terduduk lesu di teras rumahnya.
“Adik sedang apa? Mengapa tampak bersedih?” tanya Tata empati.
Remaja perempuan itu tak langsung menjawab. Ia memperhatikan Tata lebih dalam. Namun adegan itu tak berlangsung lama karena beberapa waktu kemudian seseorang memanggil namanya.

Remaja itu berbalik badan menuju sumber suara.
“Saya, Bu!” jawabnya.
Tata menghela napas dan bersiap pergi sampai akhirnya ekor matanya menangkap pemandangan yang tak biasa.
“Ada ujung koran kusam yang mengintip dari bagian belakang celana pendek remaja itu. Dan, ada noda merah mirip darah menstruasi melekat di celana berwarna cerahnya.”
Tata dan rekannya melanjutkan perjalanan. Namun beragam pertanyaan masih terus mengikuti keduanya.
“Mungkinkah ia menggunakan koran kusam untuk menekan laju perdarahan?” duga Tata dengan dahi berkerut seolah masih belum meyakini hipotesisnya.
Sesampainya di kediaman, Tata terlihat antusias mencari sumber literatur dan ia menemukan fakta mencengangkan.
“Benar bahwa literasi kesehatan reproduksi masyarakat, khususnya remaja di sana, masih sangat minim. Remaja tidak sadar mereka berada dalam lingkungan berbahaya.”

 

kesehatan-anak-muda-kian-memburuk.webp

Berdasarkan data yang diambil dari Katadata Media Network, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kesehatan anak muda Indonesia kian memburuk dalam enam tahun terakhir.

Dari data di atas terlihat naiknya persentase keluhan kesehatan dan angka kesakitan yang dialami laki-laki dan perempuan muda (15 - 44 tahun) selama periode 2016-2021.

Pada tahun 2016 persentase anak muda yang mengalami keluhan kesehatan berjumlah 17,4%. Kemudian di tahun-tahun berikutnya terjadi tren peningkatan, hingga persentase keluhan kesehatan anak muda naik menjadi 21,24% pada 2021.

Hal serupa juga terjadi pada angka kesakitan. BPS mencatat angka kesakitan anak muda pada 2016 hanya 8,54%, lalu terjadi tren peningkatan menjadi 10,23% pada 2021.

Tenggara Youth Community, Dorong Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Bukanlah Hal Tabu Saat Ini

Tenggara Youth Community merupakan komunitas remaja yang fokus pada isu kesehatan seksual dan reproduksi anak dan remaja di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Tiga risiko yang dihadapi oleh remaja diantaranya adalah seksualitas, HIV/AIDS, serta NAPZA. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan tentang kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi (BKKBN, 2023)
Tenggara merupakan akronim dari Tempat Gabungnya Gerakan Remaja, sebuah komunitas yang dibangun sejak 2016 yang fokus pada isu hak kesehatan seksual dan reproduksi.

Tenggara, Berawal dari Keresahan Kita Bersuara


mariana-yunita-opat.webp

Hati seorang Tata begitu teriris saat menyaksikan kenyataan bahwa anak dan remaja di lingkungannya belum terpapar informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.

Berbekal empati tulus dari hati, Tata, panggilan akrab wanita bernama lengkap Mariana Yunita Hendriyani Opat ini dan teman-temannya yang juga penyintas kekerasan seksual, menciptakan wadah ramah berbagi informasi kesehatan reproduksi dari orang muda untuk orang muda lainnya yang concern terhadap isu ini.

“Jangan sampai teman remaja lain mengalami hal yang sama seperti kami! Sexual Rights it’s Human Rights. Hak kesehatan seksual dan reproduksi adalah dasar dari Hak Asasi Manusia (Tata, Tenggara Youth Community)
Menurut wanita asal Kupang selaku founder Tenggara Youth Community, pendidikan seksualitas komprehensif berawal dari lingkungan keluarga punya dampak baik dan luas bagi remaja.

Pendidikan seksual bukan hanya tentang bentuk dan fungsi organ reproduksi, tetapi juga bagaimana remaja mendapatkan pendidikan seksual komprehensif. Mereka sadar hak tubuh, punya pilihan atas tubuh, dan lebih respect pada tubuh mereka perubahan seksualitas dan reproduksi yang dialami orang lain.

Belum lagi banyak kasus kekerasan seksual, diskriminasi berbasis gender yang sebenarnya jika remaja mendapatkan pendidikan seksualitas yang komprehensif itu bisa dihindari.
“Kita mungkin bisa hidup lebih aman dan tenteram.”
Tenggara hadir untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi teman remaja lewat pendidikan seksualitas.

Saat Tenggara melakukan uji pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja Kupang 2017 pada 500 remaja sekolah dan 60 remaja pasar didapatkan hasil 6 dari 10 remaja putri paham dengan benar makna kesehatan reproduksi dan 4 dari 10 remaja laki-laki tahu tentang kesehatan reproduksi. Namun dalam pelaksanaannya mereka belum mengetahui akses ketika mengalami perubahan terkait reproduksi pada tubuh mereka.
“Mereka mengalami gatal di area kemaluan, gejala IMS, tetapi memilih pengobatan tradisional atau dibiarkan begitu saja.”
Tenggara juga menemukan fakta bahwa 7 dari 10 remaja sudah aktif secara seksual. Aktivitas seksual itu pertama kali dimulai di usia SMP dan dilakukan di rumah dan kos-kosan!

Miris! Karena selama ini rumah dianggap sebagai tempat nomor satu anak-anak mendapatkan keamanan dan kenyamanan, tetapi kenyataannya hasil survei Tenggara malah sebaliknya.

Orang tua-orang tua di kawasan timur Indonesia juga menganggap tabu untuk membicarakan hal seputar seksualitas dan kesehatan reproduksi, sehingga anak tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup.

Apa yang Tenggara Lakukan?

Tenggara melancarkan edukasi dengan menciptakan metode yang menyenangkan dan komunikasi dua arah, meriset target edukasi, usia, jumlah, apakah sudah terpapar isu seksualitas atau belum, lantas ditentukan metode edukasi seperti apa yang tepat. Tak lupa juga melibatkan orangtua dan pendamping demi kelancaran edukasi.

Tenggara menggunakan International Technical Guidelines untuk pendidikan seksualitas komprehensif yang dikeluarkan UNFPA (United Nations Population Fund). Dengan cara ini, pendidikan diberikan sesuai jenjang usia dan kebutuhan.

Misalnya anak dijelaskan tentang fungsi, nama dan cara merawat organ reproduksinya. Lalu pengetahuan ini ditingkatkan pada penjelasan mengenai pubertas, kehamilan, relasi, dll.
“Edukasi seksual itu seperti segitiga yang setiap sudutnya adalah anak/remaja, orang tua/pendamping, dan guru.”
Anak mendapatkan edukasi lalu dibawa pulang. Namun jika orang tua/pendamping tidak mendukung, obrolan selanjutnya di rumah tidak akan berkelanjutan.

Bacarita Kespro, Ruang Nyaman Pemulihan


bacarita-kespro.webp

Kelahiran Bacarita Kespro lahir dari Nusa Tenggara Timur didorong fakta bahwa remaja di sana tidak punya ruang yang cukup untuk berbagi cerita dan ruang yang aman untuk melakukan pemulihan.

Selain itu adanya keresahan lain karena teman perempuan masih menggunakan pembalut dari koran dan kardus bekas sebagai pembalut.
"Rumah dan sekolah harus memberikan akses lebih baik untuk teman-teman remaja."
Pada 2016 komunitas Tenggara dengan program Bacarita Kespro yang diambil dari bahasa Melayu Kupang berusaha memberikan edukasi mengenai kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak remaja dengan metode pembelajaran inovatif seperti mendongeng, permainan edukasi dan penggunaan alat peraga. 

Target program ini adalah remaja yang berasal dari kelompok poor, marginal, social excluded, dan underserved (PMSEU).

Ya, edukasi yang bisa jadi terkesan penuh materi berat ini bisa dilakukan dengan cara menyenangkan karena sesungguhnya materi di dalamnya bukan bercerita tentang hal tabu atau pornografi.

Cita-Cita Tata Selanjutnya

Pertama, Tata dan teman-temannya berharap semoga segera ada modul untuk pendidikan seksualitas komprehensif yang berbasis lokal konteks. Untuk sekarang, mereka masih menggunakan Technical Guideline dari WHO dan modul Kemenkes RI. Namun, ternyata standar umur yang diaplikasikan pada modul tidak sesuai dengan fakta yang ada di NTT (Nusa Tenggara Timur).

Menurut modul, pubertas terjadi pada rentang usia 6 -10 tahun, tetapi di Indonesia Timur pengetahuan pubertas bisa disampaikan pada rentang usia 7 hingga 15 tahun dikarenakan pendidikan dasar tentang kesehatan reproduksi tidak dibahas pada ranah keluarga dan sekolah.

Fakta lain mengungkapkan bahwa tidak semua sekolah di NTT memasukkan data tentang seksualitas ke dalam mata pelajaran. Pelajaran biologi dan pendidikan jasmani hanya membahas tentang organ reproduksi tanpa membahas perubahan, risiko dan cara perawatan organ reproduksi itu sendiri.

Kedua, pendidikan seksualitas bisa dimulai dari lingkungan keluarga. Komunikasi harus dibangun secara terbuka dengan anak, sehingga urusan penanaman pemahaman ini tidak hanya menjadi urusan pihak sekolah saja.

Lebih lanjut, Tata mengungkapkan bahwa tantangan memperjuangkan kesehatan mental di NTT masih cukup berat karena bicara tentang seksualitas saja sudah dianggap tabu apalagi mentalitas.

Jika ada anak remaja yang mengalami depresi, kecemasan dan perlu dibawa ke Rumah Sakit Jiwa, orang tua sangat tidak kooperatif. Mereka segera menyangkal bahwa anaknya tidak gila.

Bacarita Kespro teguh memperjuangkan fakta bahwa kesehatan reproduksi dan kesehatan mental itu memiliki hubungan erat yang saling mempengaruhi kesehatan fisik, emosional dan sosial.

Misalnya, remaja pubertas, hamil, mengalami kekerasan seksual, dan kebimbangan saat merasakan perubahan di tubuh rentan menimbulkan kecemasan, anoreksia, bulimia, hingga body shaming.

Lantas, jalan seperti apa yang harus ditempuh? Remaja membutuhkan ruang nyaman untuk berbagi perasaan terkait hal ini dan semakin memahami dengan baik tentang pentingnya kesehatan mental.

Tantangan lainnya, karena orang tua berpendapat bahwa sehat secara mental ini bisa tercipta hanya dengan proses pelarangan saja.
“Jika sudah dilarang, akan selamat dari kesehatan mental. Mereka tidak akan kepikiran. Bahkan sangat tidak mungkin melakukan percobaan bunuh diri.”

Fakta Terkini Isu Kesehatan Mental

Masih dilansir dari Katadata Media Network, survei Ipsos Global yang bertajuk Health Service Monitor 2023 menunjukkan sebanyak 44% responden dari 31 negara di dunia menilai bahwa kesehatan mental menjadi masalah kesehatan yang paling dikhawatirkan. 

Survei Ipsos ini melibatkan 23.274 responden dewasa yang tersebar di 31 negara pada periode 21 Juli-04 Agustus 2023. Di Indonesia, respondennya berasal dari kelompok usia 21-74 tahun.

Jelas bahwa isu kesehatan mental bukan hal sederhana yang bisa lenyap dengan kata larangan saja. 


masalah-kesehatan-mental-remaja.webp

Pendekatan dari Gereja dan Konteks Lokal


pendekatan-dari-tempat-ibadah.webp

Baru-baru ini, Tata dan teman-teman mendapatkan modul New Zealand yang konteks lokal lewat rumah adat yang tidak hanya membahas tentang kesehatan reproduksi tetapi juga kesehatan mental dan fisik. Bacarita Kespro mengadopsi modul ini untuk meneruskan isi modul ke orang tua, tokoh agama dan lokal untuk selanjutnya diimplementasikan.

Menjaga Semangat Agar Terus Menebar Manfaat

Karena isu kekerasan, akses pembalut aman dan ramah kantong, kehamilan tidak diinginkan, aborsi ilegal akan selalu ada, sehingga Tata dan teman-teman tidak bisa menduga kapan akan berhenti melakukan aksi ini.

Tata dan teman-teman kembali melihat isu ini dari keresahan dan pengalaman pribadi yang susah sekali untuk bangkit sehingga mereka tidak bisa membayangkan bagaimana dengan teman-teman perempuan lain yang tidak dapat akses bisa bangkit seperti mereka.

Besar harapan Tata bahwa mereka bisa terus berbagi informasi agar isu ini tidak menjadi tabu, tetapi menjadi wadah bagi teman-teman penyintas untuk memiliki akses yang setara dan adil tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas.

Luas Dampak Bacarita Kespro dan Rencana Selanjutnya

Hadir sejak 2016, saat ini dampak Bacarita Kespro sudah cukup luas dan program sudah menjangkau 4000 remaja di lebih dari 30 komunitas seluruh NTT. Jangkauan ini mencakup Kota Kupang, Desa Oesao di Kabupaten Kupang, Desa Neke di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pulau Kera di Kabupaten Sumba Timur bersama Kopernik.

Selain itu, untuk meluaskan akses edukasi pendidikan seksual, mereka berkolaborasi dengan BKKBN, Komisi Penanggulangan AIDS serta Woman for Indonesia.

Saat ini sudah ada modul sederhana yang dipakai teman-teman pendamping. Ada pula satu desa dampingan yang melakukan pendampingan kepada orang tua tentang isu kesehatan reproduksi dan kekerasan seksual.

Dampak lain yang tak kalah membahagiakan Tata dan teman-teman adalah adanya inisiatif remaja laki-laki di salah satu desa dampingan untuk melakukan sunat massal.

Di NTT, ada tradisi Sifon, yakni sunat tradisional, di mana saat penis dalam keadaan berdarah, mereka melakukan hubungan seksual. Hal ini menyebabkan angka IMS yang tinggi. Setelah mendengar penjelasan lebih lanjut tentang kesehatan reproduksi dari Bacarita Kespro, mereka berinisiatif melakukan tindakan sunat massal karena kesadaran bahwa tradisi Sifon tidaklah benar.

Selanjutnya, Bacarita Kespro memiliki rencana ke depan, yakni:
  • Pembuatan modul kedua dengan konteks lokal
  • Pembicaraan teman dinas pendidikan dan kesehatan menyempurnakan kurikulum sekolah terkait pendidikan seksualitas di sekolah
  • Pelatihan guru menggunakan modul dan aplikasi pendidikan seksualitas secara komprehensif
  • Terakhir, jangkauan lebih aksesibel dan inklusif ke teman-teman luar area, pedesaan dan teman tuli

Celah Bertahan dari Keterbatasan

Diakui Tata, memang masih cukup sulit menjangkau pulau di NTT, sehingga mereka harus menjalin kerjasama dengan komunitas di pulau lain.

Ada pula usaha jemput bola dengan memperkenalkan diri dan memperkuat perkenalan di media sosial dengan melakukan kampanye sehingga orang aware akan keberadaan Bacarita Kespro sehingga orang-orang tertarik untuk menjalin kerja sama.

Selanjutnya, selain menjalin kerja sama dengan anak sebagai target, Bacarita Kespro juga bekerja sama dengan pendamping, guru sehingga informasi bisa terus berlanjut.

Terkait pendanaan, di awal, semua program kerja Bacarita Kespro berasal dari dana pribadi dari tim. Lambat laun karena eksistensi yang terus dibangun, barulah mulai berdatangan tawaran.

Bacarita Kespro juga memiliki tim fundraising dan partnership. Jadi, kampanye tidak hanya di media sosial, tetapi juga dalam bentuk tote bag, baju, dll. Dengan cara seperti ini, kampanye sampai, teman-teman juga mendapatkan pendanaan untuk terus menjalankan program Bacarita Kespro.

Dampak Raih SATU Indonesia Awards dan Menjaga Semangat Bacarita Kespro


semangat-pahlawan-astra.webp

Pasca Tata sukses meraih SATU Indonesia Awards bidang kesehatan pada 2020 lalu, Bacarita Kespro juga mendapat scale up secara komunitas dan jejaring. Jangkauan teman Tenggara kini tak hanya menjangkau wilayah timur tetapi juga barat. Teman Bacarita Kespro juga ada yang diundang menjadi perwakilan remaja satu-satunya ke Bappenas untuk RPJMN terkait isu reproduksi.

Fakta ini membuktikan bahwa perspektif pejuang Bacarita Kespro dari Indonesia timur dilihat oleh pemerintah pusat.

Selanjutnya, penghargaan Astra membuat Bacarita Kespro bisa menjangkau jejaring dan kerjasama luas. Teman di timur punya jejaring karena support pusat.

Saat melakukan edukasi, Tata dan teman-teman kerap menemukan aduan kehamilan tidak direncanakan, aborsi, dan kekerasan seksual. Lewat jejaring yang terbangun akhirnya mereka bisa membantu mengarahkan ke pihak mana bisa mendampingi kasus tersebut.

Membangun Komunitas Bertahan

Tata juga memberikan tips semangat bagi teman di daerah lain yang juga sedang atau ingin berjuang membangun komunitas.

Pertama, harus ada nilai yang ditanamkan kepada masing-masing anggota sehingga tiap-tiap pribadi menyadari mengapa gerakan komunitas ini penting. Oleh sebab itu harus ada kesamaan visi dan misi dalam organisasi.

Kedua, dalam berkomunitas tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada kolaborasi sehingga saling dukung membantu mencapai tujuan bersama.

Tips yang Tata berikan di atas bukan sekadar omong kosong karena jejak perjuangan semangat Tata dan teman Tenggara bersama Bacarita Kespro bisa kita saksikan di akun Instagram @tenggarantt

Penutup

Jangan pernah menganggap remeh gerakan kebaikan sekecil apa pun. Saat niat terpatri jangan tunda lagi. Gunakan komunitas secara bijak karena dukungan komunitas bisa menjaga semangat untuk melakukan lebih banyak kebaikan bagi sesama.

Sepanjang jalan akan banyak aral ditemukan. Tetaplah berjalan pada koridor yang tepat dan kita akan temukan banyak pembelajaran dan jawaban sehingga isu yang diangkat bisa terselesaikan. 

Seperti halnya Tata dan teman-teman yang telah berdampak mewujudkan Semangat Untuk Hari Ini dan Masa Depan Indonesia, kita pun sesungguhnya bisa! (*)

Sumber:
  • Channel YouTube Yayasan BaKTI "BACARITA Kespro Bersama Tenggara NTT"
  • Ebook SIA 2023
  • Good Movement GNFI "Kisah Inspiratif: Membangun Masa Depan Lebih Sehat Bersama Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards"
  • Instagram @tenggarantt
  • Katadata Media Network

Posting Komentar

Seedbacklink
Komunitas Sahabat Blogger
komunitas sahabat blogger